Tuesday 14 June 2016

Kumo Desu ga, Nani ka? Chapter 20

20. Aku seekor laba-laba, yang sedang berada dibelakangmu


Aku telah kesulitan mengalahkan si kura-kura.
Setelah membuatnya telentang di lantai, Aku menggigitnya sekali tapi ia kabur kedalam tempurungnya.
Aku hampir tertangkap diantara tempurungnya saat menggitnya.
Dengan kekuatan selemah ini, mustahil bagiku untuk menyeretnya keluar dari tempurungnya.
Oleh karena itu,
Aku menaruh taringku ke celah-celah tempurungnya dan meneteskan racunku. Lalu, si kura-kura langsung keluar.
Ia keluar sambil terlihat kesakitan dan Aku cepat-cepat menggigitnya.

Setelah itu, Aku makan kura-kuranya.
Aku makan santapan tanpa racun untuk pertama kalinya dalam hidupku.
Yaa, dia keras dan tidak lezat.

Umu.
Kali ini, pertarungan yang sempurna.
Itu karena Aku bisa menghindari semua serangan lawanku.
Atau mungkin harus kubilang si kura-kura hanya bodohnya nyeruduk dan gerakannya juga pelan.
Itu bukan berarti Aku telah mempelajari rahasia menghindar.
Hanya saja kecocokan kami bagus.

Un.
Tapi Aku ada perasaan bahwa kecepatanku meningkat.
Meskipun jika Aku naik level, Aku tidak tahu seberapa kuat statusku yang lainnya tapi sudah jelas bahwa kecepatanku telah menjadi lebih cepat dari sebelumnya.
Aku pikir Aku bisa bergerak agak cepat dibandingkan dengan pertarungan melawan si kodok.
Kelihatannya spesies Taratek adalah seekor monster yang ahli dalam bidang kecepatan.
Meskipun demikian, ahli dalam bidang menghindar itu mustahil.

Un.
Senjata terhebatku saat ini adalah kecepatanku dan benang.
Penggabungan dari keduanya, strategi yang paling cocok untukku adalah serangan kejutan!

Eh?
Pengecut?
Tidak ada kata pengecut dalam pertarungan hidup-atau-mati!
Lagipula, itu hanyalah serangan pembuka.
Itu bukan pengecut.
Yaa, pertarungannya mungkin akan terputuskan dengan serangan pembukaannya.

Eh?
Tidakkah Aku harusnya mencari pengalaman bertarung?
Bahkan ini adalah pertarungan yang sah!
Orang hebat tidak akan bisa mengerti!

Yaa, meskipun Aku bilang akan meluncurkan serangan kejutan, kemungkinannya untuk berhasil hanyalah setengah.
Bahkan monster lain tidak hidup di zona berbahaya seperti ini tanpa keahlian dan mereka pasti sensitif terhadap hal yang berbahaya.
Aku akan untung jika serangan kejutannya berhasil.
Aku harus mengambil keputusanku dengan cepat di situasi jika Aku gagal.

Masalahnya adalah apabila ada monster lain yang bisa merobek benangku seperti si kura-kura.
Bener-bener, untuk merobek benangku yang kukira hanya lemah terhadap api....
"Benang Laba-laba"ku berada di level 6.
Diantara skill-skillku, ia memiliki level tertinggi.
Dengan bisa merobeknya, kira-kira setara dengan kekalahanku.
Aku terselamatkan karena si kura-kura cocok.
Tapi mengerikan jika Aku pikir bahwa monster lain bisa merobek benangku.
Bagaimanapun juga, Aku menaruh terlalu banyak kebanggaan di benangku.
Akan kupasang dikepalaku bahwa benangku bisa saja dirobek untuk yang akan datang.


Setelah itu, Aku tidak menemui monster baru lainnya kecuali si kura-kura dan Aku jadi mengantuk.
Aku pergi tidur didalam rumah sederhanaku.



Mataharinya terbit di pagi berikutnya meskipun Aku tidak tahu apakah ini pagi atau bukan. Bagaimanapun juga, Aku bangun.
Yaa, mari ulangi pencarianku.
Tetapi, dungeon ini benar-benar lebar.
Meskipun Aku berkelana sejak Aku tersasar di area labirin ini, tidak ada tanda-tanda bahwa Aku bisa keluar dari labirin ini.
Saat ada jalan bercabang di jalan, Aku akan selalu ke kanan.
Aku pernah dengar bahwa "Menaruh tanganmu di dinding labirin sambil maju kedepan akan menolongmu mencapai tujuan". Maju secara teratur lebih mudah untuk diingat.
Saat waktunya tiba, Aku bisa mengikuti benang yang Aku keluarkan ke tanah tanpa sadar dan kembali.

Seperti itu, Aku maju dengan cepat tapi tidak ada tanda-tanda dari tujuan labirin.
Seperti biasa, skill "Penaksiran" yang telah kubiarkan menyala, terus mengulangi dinding labirin dan lantai labirin di kepalaku.
Meskipun Aku tidak tahu jarak yang akurat yang telah Aku lewati, tapi harusnya setidaknya sudah puluhan kilometer.
Ah, Aku telah sangat jauh saat Aku berpikir seperti itu.
Saat Aku masih manusia, Aku akan mati jika Aku berjalan sejauh itu.

Dan Aku menemukan mangsa pertamaku untuk hari ini.
Umu, ia adalah seekor monster yang belum pernah kulihat sebelumnya.
Ia adalah seekor monster dengan banyak kaki mirip dengan seekor lipan.
Untuk sementara waktu, Aku harus mentaksirnya.

『Ferek Elro  Gagal untuk mentaksir statusnya』

Hmmm?
Gagal?
Ah, levelnya tidak muncul.
Hee, "Penaksiran" bisa gagal.
Aku mengetahui untuk pertama kalinya.
Yaa, tidak ada bedanya meskipun itu gagal.

Ah, tunggu dulu.
Itu tidak gagal karena perbedaan level kami kan?
Kalau seperti itu, maka itu artinya si lipan itu jauh lebih kuat dariku.
Un?
Tapi ia tidak terlihat lebih kuat dariku.
Apa kegagalan dari "Penaksiran" tidak ada hubungannya dengan perbedaan level kami?
Kalau begitu bagus tapi bagaimana jika seperti orang bijak menjaga sebagian keahliannya untuk cadangan.



.....
Tidak ada gunanya meskipun Aku kebingungan.
Wanita itu berani.
Ayo!

Aku mengampiri belakang musuhku dengan cepat tanpa membuat suara.
Sususususu. ( ススススス。)
Halo, MATILAH!





Serangan kejutannya berhasil dengan mudah.
Aku agak sedikit kecewa karena itu berhasil terlalu mudah.
Pendapatku tentang si lipan yang kutakuti adalah sebuah kekeliruan.
Tanpa merobek benangku seperti itu kura-kura, Aku belenggu ia sepenuhnya.
Dan Aku habisi dengan taring beracunku.

Si lipan terlihat kurang enak dari penampilannya dan rasanya tidak enak seperti yang diduga.
Terlebih, ia ada sebuah racun aneh didalamnya dan itu membuatku merasa mual setelah memakannya.
Jadinya, badanku terasa sedikit kaku.

Ah, Aku tidak pernah makan apapun yang lezat setelah terlahir kembali sebagai laba-laba.
Walaupun Aku pikir itu adalah kekhawatiran yang mewah, Aku ingin makan sesuatu yang lezat.
Aaah, mengapa tidak ada pop mie yang tiba-tiba jatuh.



Chapter Sebelumnya

No comments:

Post a Comment