Monday 6 June 2016

Kumo Desu ga, Nani ka? Chapter 19

19. Tidak masalah kalau tidak kena!


Rasanya sangat nikmat kalau sembuh sempurna.
Ya ampun, Aku tidak mengira bahwa ada tekhnik penyembuhan dengan naik level.
Aku betul-betul lupa.


Tapi ini tidak bisa digunakan berulang-ulang kali kan.
Aku baru saja naik level barusan dan itu artinya pasti akan jauh lagi sebelum Aku bisa naik level lagi.
Jika Aku harus mengalami luka serius seperti itu setelah setiap Aku bertarung, kecepatan sembuhku tidak bisa mengimbanginya.
Maka, Aku harus membuat rumah sederhana disana dan tetap didalam rumah untuk sembuh.

Tidak berguna kalau seperti itu.
Lagipula, Aku akan kembali ke hidupku sebelumnya.

Meskipun Aku bilang itu, ini hanya diskusi tentang apa yang harus dilakukan.
Aku tidak tiba-tiba jadi lebih kuat karena levelku naik.
Kalau kelemahanku, maka Aku akan menggunakan kepalaku untuk mencari jalan untuk memenanginya.
Terus terang saja, jika Aku meluncurkan serangan bunuh diri tanpa berpikir, itu sama seperti menyeberangi Sungai Sanzu. (TLN: Google aja)
Ah, meskipun Aku telah bereinkarnasi, Aku tidak ada ingatan dimana Aku menyeberangi Sungai Sanzu.

Apa tidak ada jalan lain selain ini?
Meskipun Aku tidak ingin kesakitan kalau bisa, tapi Aku tidak bisa mengatakan hal semewah itu.
Daripada itu, tidak ada jaminan apakah Aku bisa memenangkan pertarungan selanjutnya atau tidak.

Bahkan sebelumnya juga, Aku akan mati jika Aku membuat kesalahan.
Bagaima jika kodoknya tidak mencelupkan dirinya ke benangnya seperti yang direncanakan?
Aku tidak mau memikirkannya.
Menembus tanpa terluka di keadaan menit-terakhir hidup-atau-mati seperti itu, rintangannya sedikit terlalu tinggi untukku.

Un.
Tidak, tunggu.
Meskipun Aku memperkirakan bahwa Aku akan terluka setiap waktu, tapi bukankah itu sedikit berbahaya?
Aku menerima serangan dengan pertahanan kertasku.
Un, itu sangat buruk.

Diantara monster-monster yang telah Aku temui, si kodok tidak terlihat terlalu kuat.
Meskipun Aku tahu kekuatannya setelah melawannya, tapi penampilannya hanya tidak terlihat begitu kuat.
Meski ia memiliki warna yang membuat orang jadi khawatir dengan racunnya, tapi ia tidak terlihat begitu kuat.
Tanpa racun, jika hanya bertarung dengan kekuatan fisik biasa, maka ada yang lain yang kelihatan lebih kuat dari dia.
Yaa, Aku terpojok ke kondisi kritis dengan satu tepokan dari si kodok yang terlihat lemah.

Tidakkah Aku akan mati sekali kena jika diserang oleh orang yang lebih kuat?

Bisa saja.
Jika itu terjadi, tidak akan jadi luka lagi.

Apa yang harus kulakukan?
Tidak, hanya ada satu tindakan.
Tidak ada gunanya meskipun Aku berharap pada pertahananku.
Aku harus berpikir mati jika Aku menerima sebuah serangan.
Itu artinya, Aku hanya harus menghindari serangan lawanku!
Bukannya gampang?
Ahahaha!
Dasar permainan mustahil?

Di kehidupanku sebelumnya, kemampuan menghindar yang kumiliki di game adalah hasil dari latihan berulang-ulang.
Sekarang Aku akan mengaku, Aku terus mati di game.
Itu yang disebut-sebut belajar dengan kematian.
Aku mengobservasi pola serangan dari musuhku dengan siap untuk mati dan belajar lewat itu.
Dengan fondasi seperti itu, Aku bisa mengendalikan karakter aneh seperti ahli menghindari untuk pertamakalinya.
Oleh karena itu, Aku tidak bisa menang melawan musuh yang Aku belum pernah temui sebelumnya.

Kondisiku saat ini agak mirip dengan karakter game itu.
Karakter gamenya ahli dalam bidang kecepatan dan juga ditambahkan kekuatan menyerangnya.
Status lainnya masih di nilai awal mereka.
Itu adalah karakter tak berharga dengan pertahanan kertas dan tanpa perlawanan terhadap serangan jarak-jauh.
Sekarang, Aku menderita karena ini.

Dari awal, kenyataan itu jauh berbeda dengan game.
Karena di game, Aku hanya butuh menggunakan jari-jariku untuk bergerak, tapi di kenyataan, Aku harus menggerakan seluruh badanku.
Bahkan pandanganku, tidak bagus kalau Aku tertempel ke layar game.
Diatas itu, ada rasa tegang bahwa akan berakhir jika Aku mati.

Eh, tidakkah Aku terlihat tegang?
Hal seperti itu...Huh?
Aku tidak merasa tegang.
Heh?
Ah, mari lupakan pembicaraan ini.

Un, bagaimanapun juga, berbeda antara di game dan kenyataan.
Meski didalam game, Aku siap untuk mati. Aku sebagai karakter menghindar di kenyataan adalah mustahil.
Meskipun tidak ada alasan, tapi tidak ada rencana bagus pula.

Umumu.
Dari awal, Aku memiliki terlalu sedikit kartu untuk dimainkan.
Meskipun benangnya berguna dalam berbagai cara, tapi taring beracunnya hanya memiliki satu cara untuk menggunakannya.
Aku percaya bahwa "Penaksiran" akan berguna jika Aku levelkan!
Meskipun skill-skill resistensinya berguna, pertahanan asliku rendah.
Yang tersisa adalah "Sihir Sesat" dan "Tabu" dengan effek yang tak diketahui.

Sihir Sesat, harusnya bisa menggunakan serangan jarak jauh karena disebut sebagai sihir tapi Aku tidak tahu cara menggunakannya.
Ah, Aku sungguh ingin sebuah tutorial.
Jika bisa untuk mendapatkannya, Aku setidaknya bisa tahu cara menggunakannya.
Sihir yang hanya ada di fantasi dan Aku pikir Aku bisa menggunakannya jika Aku mengimajinasikannya.
Aku pikir harusnya adalah fungsi simpel seperti itu.
Aaa.
Yaa, tidak ada gunanya memohon sesuatu yang tidak ada.




Aku mengintip diam-diam dari bayangan batu.

『Kura-kura Batu Kecil LV2』

Un.
Itu seekor kura-kura yang membawa sebuah batu dipunggungnya.
Bisa dibilang dia besar, mungkin memiliki ukuran yang sama dengan Galapagos di Bumi tapi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan monster-monster lain.
Tapi ia memiliki kata "Kecil" di namanya. Apa itu artinya orang ini anak-anak?

『Kura-kura Batu Kecil:Bayi dari Kura-kura Batu』

Ah, sepert yang diduga.
Begitu.
Masih anak-anak dengan ukuran seperti itu.
Aku sungguh-sungguh tidak ingin bertemu orang tuanya.

Kalau begitu, mari bergerak.
Ia masih belum sadar akan Aku.
Maka, mari luncurkan serangan belakang tanpa ampun!

Aku melompat dari batunya dan menghampiri dengan kecepatan penuh.
Aku lompat ke sisik batunya dan menembakkan benangku.

Nuo! ( ぬお!)
Ia meronta!
Tapi Aku berhasil menembakkan benangku padanya.
Kura-kuranya tidak bisa bergerak lagi--  Iiiiiiii!? ( いぃぃぃぃ!?)

Kura-kuranya merobek benangnya dan langsung maju.

Owaa!?
Evakuasi, Evakuasi!
Aku menghindarinya dengan langkah menyamping.

Tebruk!

Dengan tubrukan yang mengerikan, kura-kuranya mencelup ke tembok.
Uwa.
Aku pasti akan tergilas rata jika Aku menerima itu....
Itu pertama kalinya benangku dirobek.
Ini buruk?

Kura-kuranya berputar kearahku.
Dia maju lagi!
Aku menghindarinya!
Tebruk!
Dia maju lagi!
Aku menghindarinya!
Tebruk!
Dia maju lagi!
Sudah Cukup!

Aku mengaitkan seutah benang ke kaki si kura-kura sambil menghindari Tubrukannya.
Si kura-kura tersandung dan berguling kearah ia maju.
Ia tiduran dilantai telentang.
Jika jadi seperti ini, ia pasti akan kesulitan untuk bangun.
Yaa, Aku tidak akan memberikannya waktu untuk bangun.

Chomp!

Meskipun Aku akan mati jika kena, tapi tidak masalah kalau tidak kena!



Chapter Sebelumnya

No comments:

Post a Comment