Monday 20 June 2016

Kumo Desu ga, Nani ka? Chapter 23

23. Aku mohon maaf Aku menyombongkan diri. Tolong maafkan aku!


Bahkan hari ini, Aku bekerja keras memburui para lipan.
Ya ampun.
Ini sungguh adalah surga lipan!
Walaupun penampilan mereka menjijikan, tapi jika Aku mengabaikan bagian itu, bisa saja ini mangsa terbaik.
Yaa, Aku tidak memiliki cara berpikir yang lembut gitu dan sekarang, Aku agak gemar dengan si lipan.

Lipan is the BEST!

"Resistensi Pelumpuhan"ku sudah meningkat ke level 3. Akankah sebentar lagi Aku naik level?
Ya ampun, sebuah variasi dari lipan.

Beberapa saat lalu, Aku menyerang 2 lipan terang-terangan diwaktu yang sama dan Aku bisa menang dengan agak mudahnya.
Yang pertama terbelenggu dengan serangan kejutan dan Aku bertarung dengan serius melawan yang kedua.
Setelah bertarung dengan normal, Aku mengerti bahwa si lipan itu ternyata cepat.
Yaa, tidak secepat Aku sih.
Ditambah lagi, kelihatannya si lipan hanya memiliki satu cara menyerang yaitu adalah menggigit.
Mungkin saja Aku akan menjadi lumpuh jika Aku tergigit tapi tidak masalah kalau tidak kena.
Jika Aku berhati-hati terhadap gigitannya maka selanjutnya gampang.
Pertama kalinya Aku melihat seekor monster yang lebih lemah dibandingkan spesiesku.

Itulah mengapa Aku tidak akan dikalahkan oleh para lipan meskipun Aku meluncurkan serangan kejutan atau Aku melawannya dari depan.
Fuhyahahaha!
Aku sangatlah kuat.
Gelak tertawaku tidak bisa berhenti.

Dan juga, bagus bahwa si lipan bisa dimakan dengan mudah.
Meskipun terlihat ada beberapa volume, tapi saat Aku makan, mereka tidak memiliki daging sebanyak itu didalamnya.
Seekor lipan bisa memuaskan lapar tapi itu tidak cukup untuk mencapai kenyang.
Oleh karena itu, Aku bisa memakan mereka semua meskipun Aku memburu mereka terlalu banyak.
Untukku yang memiliki pikiran hemat, meninggalkan sisa adalah sebuah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan. (TLN: Betul!)
Jadi bagus Aku bisa memakan mereka semua.

Ini sungguh sempurna.
Seperti para lipan itu terlahir untuk diburu olehku!
Uehehehe.
Setelah meninggalkan rumah, sampai sekarang Aku telah mengambil risiko yang cukup banyak, jadi tidak ada ganti rugi meskipun Aku bersenang-senang sebentar kan?



Aku menjelajahi dungeonnya sambil bersenandung.
Yaa, Aku hanya memainkan musiknya dikepalaku dan bukannya Aku bisa nyanyi.
Daripada itu, Aku penasaran dimana hidungku?
Yaa, biar sajalah.

Oh?
Jalannya hancur disini?
Tapi kelihatannya ini bukan jalan buntu.

Meskipun labirin ini tak terkira akan lebar tapi tidak ada jalan buntu.
Sampai sekarang, jalan yang Aku lalui selalu berlanjut dan tidak ada gak tak terlihat disini.
Meskipun bagus bahwa Aku tidak akan terpojok saat Aku berlari, tapi saat Aku berpikir bahwa jalannya berlanjut seperti ini, itu membuatku mengeluh.

Mungkin dungeon ini adalah dunia bawah tanah dari dunia ini, adalah apa yang Aku pikirkan.
Meskipun Aku tidak ingin berpikir seperti itu, tapi Aku tidak pernah keluar dari dungeon ini sebelumnya jadi Aku belum melihat pemandangan diluar.
Pendapat itu bisa saja benar.

Jika sesuatu yang buruk terjadi, hidupku bisa berakhir didalam dungeon ini meskipun adanya dunia luar.
Aku ingin mencapai waktu hidupku jika saat tersebut tiba tapi sebelum itu, kemungkinan dari kematianku itu lebih besar.
Dari awal, seberapa lama hidupku ini?
Berpikir dari ukuranku, bisakah Aku hidup selama seekor anjing?
Kalau bisa, Aku ingin memiliki kehidupan yang lebih panjang dibandingkan hidupku sebelumnya.

Yaa, mari singkirkan pikiran tak berguna itu.

Ternyata, jalan yang hancur didepanku telah menjadi sesuatu seperti jurang.
Sebuah jurang lebar bisa terlihat di kedalaman jalan yang hancur.
Apa ini artinya bahwa Aku akhirnya bisa keluar dari zona labirin sempit ini?
Lalu, akan menjadi tempat macam apa selanjutnya?
Kalau bisa, Aku ingin menjauh dari tempat dengan derajat kesulitan tinggi seperti zona gang lebar dimana Aku terlahir.
Aku ingin menghindari dari kanibalisme, si laba-laba raksasa, dan kumpulan monster yang besar.
Aku akan tetap mati seberapa banyakpun nyawa yang Aku miliki.

Baiklah, apa yang akan terjadi setelah ini?
Aku berdiri di ujung jurang dan mencoba untuk melihat kedasarnya.

『Ferek Elro LV2 Gagal untuk mentaksir statusnya』
『Ferek Elro LV2 Gagal untuk mentaksir statusnya』
『Ferek Elro LV2 Gagal untuk mentaksir statusnya』
『Ferek Elro LV2 Gagal untuk mentaksir statusnya』
『Ferek Elro LV2 Gagal untuk mentaksir statusnya』
『Ferek Elro LV2 Gagal untuk mentaksir statusnya』
『Ferek Elro LV2 Gagal untuk mentaksir statusnya』 x banyak

《Kecakapan skill tercapai. Skill 『Penaksiran LV4』 telah menjadi 『Penaksiran LV5』》

Ugeeh!
Kepalaku sakit!
Informasi dari "Penaksiran" mengalir kedalam kepalaku dan sebuah shok yang keras menggampar kepalaku.
Uoa, Aku hampir kehilangan kesadaran.
Hampir saja.
Aku mengerti, jika Aku menaksir terlalu banyak hal sekaligus, Aku akan mendapat sakit kepala karena kebanjiran informasi.
Saking banyaknya sampai-sampai Aku hampir kehilangan kesadaran.

......, Volume dari informasi yang bisa membuatku kehilangan kesadaranku?

Aku melihat kebawah jurang itu sekali lagi.
Meskipun ini sebuah jurang, tapi ini hanya sekitar 1 meter.
Jurangnya membentang luas.
Meskipun ini harusnya adalah sebuah jurang besar tapi ini tidak mengeluarkan perasaan seperti itu.
Jurangnya penuh dengan lipan.

Houa!?

Apa ini!? Apa ini!? Apa ini!?
Sejauh mata memandang, semuanya Lipan!
Uwa, seperti yang dikira, Aku mulai jadi mual.
Bukan menjijikan tapi ini membuatku mual.

Arere?
Apa yang kalian lihat?
Aku?
Dalam pendapatku sendiri, Aku tidak berpikir Aku terlihat lezat.

......
Mari kabur.
Sekarang, Aku akan menjadi angin!
Aku berbalik arah dan lari.

Gasagasagasagasagasagasagasagasagasa!!!! ( ガサガサガサガサガサガガサガサガサ!!!)

Hiiiiiiii!?
Mereka datang mengejarku!?
Aku mohon maaf Aku menyombongkan diri!
Jadi, tolong maafkan Aku!

Meteran yang kuning mulai habis.
Ugu, ini melelahkan.
Tapi aku Akan mati jika Aku berhenti sekarang!
Agar bisa hidup, Aku harus mengerahkan semuanya untuk lari!
Meteran yang merah mulai berkurang perlahan daripada meteran yang kuning.

Pada akhirnya, Aku terus berlari sampai meteran merahku mencapai setengahnya dan Aku berhasil meloloskan diri dari pasukan para lipan.
Ah, Aku kira Aku akan mati.



Chapter Sebelumnya

No comments:

Post a Comment