Friday 20 January 2017

Kumo Desu ga, Nani ka? S9

S9. Skill Poin


Gue habiskan waktu bersama Katia dengan santai.
Beberapa saat lalu, kami pindah ke lapangan olahraga di dalam istana untuk meningkatkan level skill kami.
Kami baru menyelesaikannya, dan sekarang kami beristirahat seperti ini.

"Ahh, capek. Walaupun status yang berhubungan dengan sihir lumayan naik, kemampuan fisik Gue gak naik"



Katia berbicara dalam Bahasa Jepang hari ini karena Suu tidak berada di sini.
Saat kami hanya berdua, jadinya biasa untuk bicara dengan Bahasa Jepang.

"Memang. Tapi tetap saja, refleks kita lebih baik dari kehidupan kita sebelumnya dan bagus kalau terus kita berlatih, terus kita tumbuh"
"Iya, ngerti ngerti. Gue selalu berpikir kenapa sekolahnya harus tetap mengadakan maraton, tapi di sini, lebih banyak kita lari, lebih banyak stamina kita bertambah"

Walau sama seperti skill, status juga meningkat sebanyak kau berlatih.
Sekarang ini kami tidak bisa naik level, kami harus terus latihan untuk meningkatkan status kami.
Tapi, jika kami berlatih dengan giat, maka pasti kami akan menjadi lebih kuat.
Latihannya berat, tapi jika dipikir ini akan menjadi manfaat, Aku akan menjadi termotivasi.

"Jadi, gimana rasanya?"
"'Kelincahan', 'Ketahanan', 'Kuasa', 'Kekar' dan 'Lari Cepat' masing masing naik ke level 8"

Gue periksa status Gue dengan batu penaksiran di tangan Gue.
Batu penaksiran ini adalah batu penaksiran level 9 yang dimiliki kediaman Katia.
Ini barang berharga yang dapat ditetapkan sebagai harta karun negara tergantung pada negaranya, tapi Katia tanpa segan membawanya dari kediaman Adipati.
Gue berpikir "Apa kediaman Adipati membolehkannya?", tapi ini terlihat berguna, jadi akan Gue gunakan dengan penuh hati.

"Seperti yang disangka, level skill lu meningkat cepat. Inikah perbedaan bakat?"

Katia menggumam dengan frustasinya.
Sebenarnya, walaupun kami melakukan hal yang sama, kecepatan meningkatnya skill level Gue berbeda dengan Katia.
Di dunia ini, siapapun bisa menjadi lebih kuat jika mereka berusaha, tapi kecepatannya beda.
Katanya itu adalah perbedaan bakat.

"Gue bahkan dijuluki seorang jenius sejak Gue tereinkarnasi ke kediaman Adipati tau, gimana bisa ada perbedaan yang besar diantara kita? Dasar cheater"

Gue palingkan mata Gue dari pandangan kesal Katia.
Meskipun lu bilang gitu, lu mau Gue gimana?

"Benar juga, apa lu pakai skill poin?"
"Tidak, Gue hilang kesempatan untuk menggunakannya. Jadi poinnya tak tersentuh"

Skill poin adalah poin-poin yang dipakai untuk mendapatkan sebuah skill baru dan itu juga bisa digunakan untuk meningkatkan kecapakan skill.
Biasanya, seseorang tidak seharusnya memiliki skill poin sedikitpun sejak lahir, tapi entah bagaimana Katia dan Gue memilikinya sejak lahir.

"Tabungan sebesar 100000 poin. Dasar cheater serakah"
"Malah jadi lebih parah!?"

Bukan, Gue sungguh hilang kesempatan untuk menggunakannya.
Awalnya, Gue berpikir untuk mendapatkan skill-skill sihir, tapi Gue berhenti karena Anna bilang untuk tidak menggunakan sihir.
Walaupun Anna tidak mengetahui bahwa Gue memiliki skill poin, entah bagaimana Gue gak bisa diam-diam mendapatkan skillnya karena itu membuat Gue merasa Gue telah mengkhianatinya.
Sejak saat itu, entah kenapa niat untuk menggunakan skill poinnya menghilang.

"Apa Katia telah memakainya?"
".....Hanya 1000 poin"

Jika tidak salah, Katia harusnya memiliki 50000 poin.
Karena dia yang mulai ngomongin ini, Gue berpikir dia telah memakai jumlah yang lumayan, tapi dia tidak memakai sebanyak itu.

"Apa yang lu ambil?"
"....Rahasiain"
"Ha? Bilang aja"
"....Pastiin jangan ketawa, oke?"
"Gue gak akan ketawa, udah bilang aja"
"....Penaksiran"

Walaupun Gue tidak ketawa, Gue rasa Gue terlihat aneh.
Ngomongin "Penaksiran", itu adalah contoh klasik dari skill yang harus tidak diambil.
Gue penasaran kenapa dia mengambilnya.

"Kenapa lu mengambilnya?"
"Bukan, kan biasa dalam novel-novel kalau ngomongin reinkarnasi. Bukannya sulit untuk mengumpulkan informasi di dunia lain? Oleh karena itu, dalam novel-novel, "Penaksiran" itu tiada banding. Jadi, Gue pengen ngikutin..."
"Tidak, skill "Penaksiran" adalah skill yang harus-tidak-diambil yang pertama dalam daftarnya. Setelah mendengar itu, kenapa lu mengambilnya?"
"Gue ngambil skillnya saat Gue masih bayi! Di saat-saat Gue tereinkarnasi tanpa mengerti sedikitpun tau! Tentu saja, Gue ingin informasi. Dan kemudian, saat Gue teringat "Penaksiran", Gue mendengar suara langit. Gak bisa apa-apa kalau Gue mengambilnya dengan mendadak!"

Setelah didengar, Gue juga setuju.
Memang, saat Gue masih bayi dan tidak mengerti situasinya, Gue merasa sangat gelisah.
Gue tidak mengerti kata-katanya dan pembicaraan orang-orang yang mengelilingi, jadi itu membuat Gue merasa gelisah berlebihan.
Dan kemudian, saat Gue mendengar sang Suara Langit yang berbicara dalam Bahasa Jepang, Gue mengerti rasa keinginan untuk mengandalkannya.

"Jadi, apa 'Penaksiran' sia-sia?"
"Ah, sia-sia banget. Gak berguna jika levelnya rendah, kepala Gue sakit kapanpun Gue menggunakannya, dan diatas semua itu, kecakapan skillnya tidak akan meningkat jika Gue tidak ada waktu dan juga sulit untuk meningkatkan levelnya. Meskipun Gue telah mendapatkan kecapakan skill di waktu luang, levelnya masih 4. Hatiku akan hancur"

Sepertinya melelahkan hanya dengan mendengarnya.
Gue taksir kolom dari skill poin lagi dengan batu penaksiran.
Lalu, daftar skill yang bisa Gue dapatkan muncul dengan poin yang dibutuhkan.
Saat Gue mencari "Penaksiran" di dalamnya, itu.

"Ah, Gue bisa mengambil skill 'Penaksiran' dengan 100 poin"
"Eh, beneran?"

Ngomongin 100 poin, itu adalah poin terendah untuk bisa mendapatkan sebuah skill.
Skill yang bisa didapatkan dengan 100 poin adalah antara skill yang memiliki dampak rendah atau skill yang memiliki kecocokan yang baik dengan orangnya.
Sulit dikatakan jika "Penaksiran" adalah skill dengan dampak rendah karena Gue tau bahwa Katia memakai 1000 poin.
Dampaknya memang rendah saat levelnya rendah, tapi jika menjadi level tinggi, ini mungkin akan menjadi skill yang berguna.
Maka, Gue pasti memiliki kecocokan yang baik dengan "Penaksiran".

Setelah Gue ragu, Gue ambil "Penaksiran".
Poinnya menurun ke 99900.

"Gue ambil 'Penaksiran'"
"Eh, beneran?"

Katia mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya.

"Jangan menyesalinya nanti"
"Yaa, itu untuk saatnya nanti. Masih tersisa banyak poin"

Untuk sementara waktu, Gue akan simpan sisa poinnya untuk darurat.




Chapter Sebelumnya

No comments:

Post a Comment