Saturday 30 April 2016

Kumo Desu ga, Nani ka? Chapter 16

16. Meninggalkan Sarang


Langkah demi langkah.

Langkahku terasa berat.
Shoknya lebih besar daripada yang kukira karena Aku lari secepat mungkin.
Aku kehilangan rumahku tersayang.
Meskipun Aku menjadi seekor laba-laba, hatiku tidak akan gentar meski Aku memakan hal-hal aneh.
Ah, tak terduga shoknya begitu besar saat waktunya tiba meskipun Aku berniat untuk menyiapkan diri saat
ada keadaan dimana Aku harus pergi meninggalkan rumahku suatu hari.
Aku kira itu akan sedikit memberatkanku tapi beratnya minta ampun.
Aku ingin mempertahankan rumahku setidaknya sampai Aku mencapai level 10.

Uuu.
Uuuuuu.
Uuuuuuuuuu, Uga!

Yos!, Aku mengakhiri kegelisahanku.
Mari ubah perasaan ini.

Untuk sementara waktu, mari putuskan apa yang harus dilakukan untuk kedepan.
Ada beberapa pilihan.

1. Buat rumah baru di tempat lain.
2. Berkelana tanpa arah di dungeon.
3. Menuju jalan keluar dungeon.

Ini semua yang bisa kupikirkan saat ini.
Aku ingin memilih pilihan no. 1 saat Aku berpikir tentang keamanan.
Tapi, Aku berniat untuk menolak pilihan no. 1

Rumahku sangatlah bagus.
Keperluan hidup telah terpenuhi dan hampir tidak perlu untuk kerja.
Bisa dibilang bahwa itu adalah surga.
Tapi, Aku pasti akan rusak pelan-pelan jika Aku tetap bermalas-malasan di lingkungan seperti itu.
Secara fisik dan mental.

Aku akan menjadi seekor laba-laba yang tak berguna jika Aku tetap berburu secara aman didalam rumahku dan Aku tidak dapat menghadapi situasi yang tak terduga.
Aku menyadarinya setelah para manusia itu membakar rumahku.
Sekarang ini, kalau seseorang berhasil menerobos jaring laba-labaku, Aku hanya memiliki pilihan untuk kabur.

Sama saja bohong kalau seperti itu.
Tidak ada akhirnya jika Aku depresi setiap kali Aku melarikan diri seperti ini.
Diatas semua itu, ada sesuatu yang membara didalam diriku karena rumahku telah hancur.
Kelihatannya Aku tidak bisa membiarkan diriku untuk terus tetap kabur.
Ya, Aku sangatlah frustasi.

Rumahku dihancurkan dengan mudahnya, Aku ada disana tapi Aku tidak bisa melakukan apapun kecuali berpikir bahwa kabur adalah pilihan yang jelas.
Ya, orang yang tidak ragu untuk berpikir kabur tidak lain adalah diriku.
Tapi, bagaimana setelah kabur?
Rasa frustasi dan seberapa menyedihkannya diriku yang bisa membelah badan ini!
Kabur sekali lagi?
Emangnya Aku bisa merasakan itu lagi.

Yang membuatku menggelora adalah rumahku bukan hanya sebagai tempat yang menguntungkan tapi juga sebagai tempat yang berharga untukku.
Kalau Aku bilang dalam bahasa basinya, itulah tempat dimana Aku semestinya berada.

Di hidupku sebelumnya, Aku tidak bisa berada dimanapun
Hubungan keluargaku runtuh dan Aku tidak tumbuh terbiasa dengan sekolah.
Bahkan didalam game, itu hanyalah dunia fiksi.
Tidak ada tempat dimana Aku bisa berada.
Yaa, Aku memilih perilaku menentang jika Aku tidak bisa berada dimanapun.

Rumahku, tempat yang dibuat untukku, tempat dimana Aku bisa berada.
Sebuah tempat hanya untukku tanpa harus bergelisah pada siapapun.

Itu telah direnggut.
Itu telah dirampas oleh tiada lain adalah Diriku sendiri.
Aku tidak akan pernah bisa bangga jika Aku memberikannya.
Apakah bahagia hanya dengan bisa hidup?
Ha, Aku adalah orang Jepang bodoh yang Cinta-kedamaian.
Hidup tanpa harga diri sama saja seperti mati.
Aku telah mengerti dari masalah sebelumnya.

Rumahku telah hilang.
Harga diriku terluka.
Aku harus menjadi lebih kuat agar harga diriku tidak bisa ternodai.
Oleh karena itu, Aku tidak bisa diam diri didalam rumah baru dan berburu dengan aman.
Aku harus mendapatkan pengalaman(EXP) melalui pertarungan.

Jika seperti itu, maka antara berkelana di dungeon tanpa arah atau menuju jalan keluarnya.
Tetapi, kedua pilihan terlihat sama.
Lagipula, Aku tidak tahu dimana jalan keluarnya.
Pada akhirnya, pilihan terakhir adalah berkelana tanpa arah.

Dari awalnya, Aku hanya tahu sedikit sekali tentang dungeon ini.
Aku tidak tahu nama dungeon ini meskipun Aku terlahir dan dibesarkan di dalam dungeon ini.
Aku tidak tahu seberapa besar dungeon ini, apa tingkat kesulitan dungeon ini, dan Aku bahkan tidak tahu tentang topografi dungeonnya.
Ada banyak hal yang Aku tidak ketahui.

Hmm?
Aku merasa Aku telah mengkhawatirkan tentang hal yang Aku tidak ketahui sebelum ini...
Ah!
Benar. Waktu disaat Aku mendapatkan skill "Penaksiran"!
Benar. Aku memiliki "Penaksiran".
Ia tidak bisa naik level lagi saat Aku berada didalam rumahku tapi sekarang Aku berada diluar rumahku, levelnya bisa bertambah.
Kalau levelnya meningkat, mungkin saja bisa berguna jadi Aku lebih baik terus menaksir mulai sekarang.
Jadi, Aku mulai menaksir.

『Dinding dari Labirin』『Lantai dari Labirin』『Atap dari Labirin』

Tidak berguna seperti biasa.
Ah, kecakapan skillnya harusnya meningkat karena hasil penaksirannya muncul satu persatu setiap Aku berjalan.
Ugh, Aku mulai merasa mual karena informasinya yang mengalir kedalam kepalaku.
Aku harus menahannya sedikit sampai Aku terbiasa dengannya.

Saat Aku menaksir kawanan monster yang besar untuk pertama kalinya, Aku tidak merasa mual saat itu.
Pada saat itu, daripada merasa mual, Kupikir Aku merasa tercengang dengannya.
Bagaimanapun juga, Aku harus berkelana didalam dungeon sambil menaksir.


Chapter Sebelumnya

No comments:

Post a Comment