Tuesday 19 July 2016

Kumo Desu ga, Nani ka? Chapter 29

29. Hal-hal yang harus kulakukan masih sama meskipun Aku berevolusi


Mangsa pertama ketemu.

『Kodok Elro LV5 Gagal untuk menaksir statusnya』

Si kodok yang aku kenal.
Tapi sepertinya ia memiliki level tertinggi diantara kodok-kodok yang pernah Aku lihat sebelumnya.

Un.
Aku merasa ingin mengetahui seberapa banyak perubahan dalam kemampuanku setelah berevolusi?
Aku rasa Aku harusnya menjadi lebih kuat karena itu disebutnya evolusi.

Tapi.
Levelku juga jatuh ke level 1.
Bagus kalau perbaikannya sebesar level yang telah kutingkatkan tapi bahaya jika level 1 mengurangi statusku.
Yaa, mungkin tidak ada hal seperti itu disini tapi ada sistem seperti itu berdasarkan game.
Itu adalah melemahkan sementara dan Aku akan menjadi jauh lebih kuat dibandingkan sebelumnya jika Aku meningkatkannya lagi.
Meskipun tidak salah dalam game mencari high score, tapi ini masalah hidup dan mati jika dipaksakan dalam dunia nyata.

Un.
Aku rasa ini mungkin baik-baik saja, tapi mari cari cara amannya saja.
Aku tidak boleh melakukan apapun sembrono jika Aku gelisah.
Hidupku bergantung pada ini jadi Aku harus melakukannya dengan hati-hati.

Aku mendaki dindingnya dengan diam-diam.
Aku jalan menuju langit-langit dan maju sambil terbalik.
Aku menempel badanku dengan sebuah benang saat Aku sampai tepat diatas si kodok.
Aku juga melepas benang-benang untuk membuat jaring kecil pada kaki-kaki depanku.
Persiapan selesai.
Aku gantungkan sebuah benang kearah si kodok dan Aku turun pada benangnya.

3, 2, 1, Go!

Aku menyerangnya dari atas untuk membungkusnya dengan jaring yang Aku pegang di kaki depanku.
Kodoknya tertangkap dalam jaringnya tanpa ada jeda untuk menghindarinya dan Aku yang bergelantungan diatas kodok dengan sebuah jaring, menembakkan benang-benang tambahan pada badan si kodok.
Sekali jadi mustahil untuk si kodok untuk bergerak, Aku datang dan menggigitnya!

Umu.
Ini perburuan yang profesional meskipun Aku sendiri yang bilang.
Mungkin ini waktunya untuk memanggil diriku seorang Assassin.

Kukuku.
Jangan pikir kau bisa kabur dari benang dan taring ini.

Ah, untuk sementara waktu, mari makan kodoknya.
Itadakimasu.

Tetapi, itu.
Hal-hal yang harus kulakukan masih sama meskipun Aku berevolusi.
Pada awalnya, tujuanku adalah untuk mendapatkan pengalaman bertarung tapi Aku merasa tujuan itu menjadi tidak jelas.
Lagi pula, monster-monster disekitar sini umumnya memiliki tingkat yang lebih tinggi daripada diriku.
Hidupku tidak akan cukup seberapapun nyawa yang Aku miliki jika Aku melawannya secara langsung.
Ngapa gak ada satupun yang levelnya masuk akal buat dilawan sih?
Walaupun serangan kejutan dari kombo serangan assassinku berjalan lancar.
Tapi setelah Aku membuat sarangku, Aku takkan memiliki kesempatan untuk meluncurkan serangan kejutan. Maka Aku rasa sasaran pertamaku diluar jalur karena Aku seharusnya menjadi lebih kuat untuk bisa melawan mereka yang menembus sarangku.

.....Tidaktidak!
Aku telah berevolusi!
Levelku naik!
Pasti akan menguntungkan jika Aku meningkatkan kemampuan dasarku!
Sampai sekarang, perbuatanku tidaklah sia-sia!
Mari anggap begitu!

Fuu.
Aktivitasku di area ini telah menjadi hampir tak berarti.
Bahaya, bahaya.

Umumu.
Tetapi, masalah aslinya, terus mengandalkan pada serangan kejutan itu sedikit berbahaya.
Salah satu alasan Aku kehilangan rumahku adalah karena Aku menaksir terlalu tinggi kekuatan rumahku.
Dan disini, Aku ingin mengembangkan sesuatu menjadi sebuah senjata.
Aku tidak akan jadi begitu kesulitan jika Aku bisa berpikir dengan langsung.

Yang Aku bisa pikirkan langsung tidak lain adalah dari effek yang tidak diketahui "Sihir Sesat".
Jika Aku bisa menggunakan ini maka Aku mungkin saja bisa mengembangkap strategi baru tapi Aku hanya tidak tahu cara menggunakannya.
Gununu. ( ぐぬぬ。)

Jika Aku adalah seorang manusia, akankah Aku diajari cara menggunakannya?
Yaa, tidak ada gunanya meskipun Aku membuat asumsi seperti itu. Tapi dipaksa untuk mengatasi segala hal dengan diri sendiri itu sama-sama nyaman dan merepotkan.
Nyaman rasanya bahwa Aku tidak perlu bergaul tanpa ada tujuannya dengan orang lain tapi juga repot rasanya bahwa Aku perlu menghadapi hal yang berguna itu.
Bagaimanapun juga, dengan penampilan ini, Aku tidak berpikir akan bisa bagiku untuk berinteraksi dengan manusia.
Aku tidak bisa bicara.

Jika ada telepati, maka mungkin itu bisa saja kan?
Dipikir-pikir lagi, Aku telah mencapai level 10, jadi bukankah waktunya untuk menggunakan skill poinku?
Skill poinku harusnya menjadi 100 poin jika Aku asumsikan bahwa Aku mendapatkan 10 skill poin dalam setiap level.
Aku bisa mendapatkan "Penaksiran" dengan 100 poin, jadi Aku bisa saja mendapatkan skill baru sebentar lagi.

Oleh karena itu, suara langit-san, bisakkah Aku mendapatkan sebuah skill?

《Saat ini anda memiliki 200 skill poin.
 Skill 『Telepati LV1』 bisa didapatkan dengan mengeluarkan 100 skill poin.
Apakah anda ingin mendapatkannya?》

Oou.
Benar-benar bisa untuk mendapatkannya....

Hmm.
Telepati tidak memiliki kegunaannya dalam kondisi sekarang ini.
Ini ditolak.

Tapi Aku telah menghimpun 200 poin.
Itu artinya, 20 poin didapatkan per level.
Ah, maka Aku harusnya bisa mendapatkan sebuah skill baru saat Aku mencapai level 6.
Karena ada juga "Penaksiran" yang tidak berguna setelah mendapatkannya tapi jika Aku tingkatkan levelnya dengan tetap, bisa saja akan berguna di kedepannya.
Aku mungkin saja telah melakukan sesuatu yang mubazir.

Hmm?
Tidak, tunggu tunggu.
Mari ulang ingatanku dengan baik.
Jika Aku tidak salah, bukankah Aku telah mencoba untuk mendapatkan skill saat Aku level 6 tapi berakhir dengan Aku tidak bisa mendapatkannya? (TLN: chapter 14, tapi dia level 5 saat itu)
Huh?
Bukannya dia bilang bahwa Aku kekurangan skill poin?
Hmmm?

Alasan yang Aku bisa pikirkan adalah poin-poin yang didapatkan meningkat dengan tingginya level dan meningkan dengan evolusi.
Meskipun keduanya itu mungkin, Aku tidak ada cara untuk memastikannya sekarang ini.
Untuk sementara waktu, Aku akan singkirkan dulu alasan mengapa poinnya meningkat.




Chapter Sebelumnya

No comments:

Post a Comment