Wednesday 3 August 2016

Kumo Desu ga, Nani ka? Chapter 37

37. Perjuangan


Setelah si Naga Bumi pergi, Aku mengawasi sekeliling dengan kebangetan untuk waktu yang lama.
Meskipun Aku lakukan sebanyak itu, Aku masih tidak bisa merasa lega.
Aku tidak akan lega tapi itu tidak akan mulai kecuali Aku mulai beraksi.

Aku julurkan sebuah benang dengan "Kendali Benang" kearah si lebah yang ditinggal terbelenggu.
Aw, punggungku sakit.
Tapi sepertinya Aku tidak ada masalah untuk mengeluarkan benangnya.
Benangnya menjulur dengan pelan-pelan dan akhirnya, menempel ke si lebah.

Si lebahnya masih meronta-ronta, tapi saat sampai disini, sudah tidak bisa dipungkiri.
Terlebih, Aku lebih baik mengambilnya dengan cepat sebelum ia menarik perhatian monster lain.
Lukaku sakit setiapkali Aku menariknya.
Aku ingin berpikir bahwa tidak apa-apa karena HPku tidak berkurang lagi meskipun sakitnya luar biasa.

Akhirnya, si lebahnya didapatkan.
Aku pasangkan "Taring Beracun"ku secepatnya untuk membunuhnya.
Saat berpikir bahwa "Taring Beracun" efektif terhadap monster yang menggunakan racun, tidakkah level skillku untuk "Taring Beracun" dan "Resistensi Racun" cukup tinggi dibandingkan dengan monster lain?
Yaa, Aku tidak peduli pada hal seperti itu sekarang.

Masalahnya sekarang adalah apa yang harus kulakukan mulai sekarang.
Terus terang saja, Aku rasa menjelajahi area ini adalah bunuh diri.
Jika Aku berpikir bahwa ada monster-monster lain seperti si Naga Bumi, Aku tidak akan bisa selamat.

Ini tidak bagus.
Meskipun Aku telah melewati berbagai jembatan berbahaya sampai sekarang, tapi yang satu itu, bahayanya tidak setara.

Meski setelah bilang ini dan itu, Aku bangga dengan bisa bertarung.
Walau sekarang, Aku berkelana di dungeon ini dan menggunakan strategi serangan kejutan, gaya orijinalku adalah membuat sarang dan menahan kepungan serangan.
Aku telah mengerti bahwa rumah sederhananya telah berhasil mengalahkan si ular, jadi jika Aku membuat sarang dengan serius untuk pertarungan bertahan, tidak ada monster yang bisa menembusnya.
Pasti begitu.

'Itu' pasti bisa menembusnya.
Terlebih, dengan tenangnya.
'Itu' memiliki kekuatan sebesar itu.

Benang, Taring Beracun, Serangan Kejutan, Kecepatan.
Karakteristik khususku juga akan menjadi trik rendahan dihadapan 'itu'.
Trik rendahan seperti itu akan tersingkirkan dihadapan kekuatan yang terlalu sangat kuat.
Aku bisa menggambarkan penampilannya dengan mudah.
'Itu' adalah monster kedua yang Aku tidak bisa menangi sebagaimanapun Aku berjuang setelah terlahir sebagai seekor laba-laba.
Ngomong-ngomong, yang pertama adalah ibu(ayah?)ku yang adalah seekor laba-laba raksasa.

Walaupun Aku tidak bisa menang jadi masalah, kecepatannya lebih cepat dariku adalah masalah yang lebih besar.
Meskipun sarangnya dijebol, sementara itu Aku masih bisa kabur.
Mungkin, Aku akan bergerosokan dengan amarah tapi pada akhirnya, Aku akan kabur dengan nyawaku.
Itu bisa terjadi dengan kecepatanku.
Tapi, 'itu' akan melebihi kecepatanku.

Aku tidak bisa menang meski Aku melawannya.
Mustahil untuk melarikan diri.
Saat Aku diincar hilanglah harapan.

Makhluk yang tak masuk akal.
Jika Aku tahu bahwa ada 'itu', menyerang ke arah si ular sambil tahu bahwa akan mustahil jauh lebih baik.
Lagi pula, 'itu' mungkin saja bukan satu-satunya di area ini.

Aku takut.
Sampai sekarang, ini yang paling dekat dengan kematian.
Aku terkejut mengetahui bahwa masih ada perasaan takut dalam diriku.
Meskipun Aku memiliki pengalaman tak masuk akal, sebelumnya Aku tidak pernah gerogi dan ketakutan. Jadi Aku kira bahwa Aku telah membuang rasa seperti itu beberapa waktu lalu.
Aku telah mengerti setelah berada di situasi ini.
Sampai sekarang, bahayanya hanya sampai situ. Tidak mencapai tingkat yang Aku akan merasakan takut.
Bukannya karena perasaanku telah mati, tapi karena tidak perlu merasakan itu.

Haha.
Sudah terlambat untuk mengerti itu.
Aku ingin menyadarinya sebelum Aku di checkmate.
Maka, Aku mungkin saja bisa menyadari tentang bahayanya sedikit.

Mari berhenti menyesalinya.
Mari berpikir tentang apa yang harus kulakukan untuk bertahan hidup.

Pertama-tama, membuat keamanan.
Aku akan membuat sarang disekitar area bebatuan ini meskipun itu tidak berguna terhadap si Naga Bumi.
Dalam kondisi sekarang, keadaanku tidak bagus untuk bergerak.
Karena telah jadi begini, tak ada gunanya menggenggam dendam.
Rumah ketiganya akan dibuat disini.

Dan, jika bisa, Aku ingin menarik monster-monster lemah seperti si lebah dan membunuhnya.
Mengincar pemulihannya dengan naik level.
Aku tidak bisa melakukan apapun sampai luka ini pulih.
Dengan kondisiku sekarang, bisa saja mati dengan secolek oleh seekor monster kecil.
Aku lebih baik tidak mengharapkan akan pulih sendiri.
Saat jadi seperti itu, Aku harusnya mengambil skill "Pemulihan HP Otomatis".
Tidak ada gunanya meskipun Aku sesali itu.
Aku harus tegas dan ubah perasaanku ini.

Untuk sementara waktu, mari bangun sebuah base dengan tujuan ini.
Terus terang saja, membandung base disini bukanlah rencana yang bagus.
Jika Aku membangun base disini hanya akan menonjol dan saat seekor monster kuat berkelas Naga Bumi itu menemukannya, pasti akan berakhir.
Tapi, ini adalah satu-satunya jalan yang Aku bisa ambil untuk diriku sekarang yang terluka. (TLN: kyk curhat)
Setelah itu, Aku tidak ada pilihan kecuali bertaruh pada keberuntungan burukku.

Sekarang Aku akan incar level.
Setelah lukaku sembuh dengan naik level, Aku akan memikirkan tentang kabur dari area berbahaya ini.

Diantara Aku menembus bala tentara lebah dan naik ke atas, atau menjelajahi bawah ini sambil tahu bahayanya.
Keduanya Aku akan mengalami neraka.
Tapi sekarang Aku telah jatuh kebawah sini, sebesar-besarnya, hanya ada 2 pilihan untuk antara hidup atau mati.
Hidup dengan untung atau mati dengan sayangnya.
Sekarang ini, timbangannya condong kearah kematian.
Akankah terus jatuh atau akankah pulih?

Mari beraksi untuk membuat pemulihan.
Untungnya, Aku masih ada stamina untuk membuat sarangnya.
Karena si lebah ini cukup besar, ia sangat berguna untuk sebuah makanan.
Mari ubah semua stamina yang didapatkan dari badan ini untuk membuat sarang.
Dari situ kedepan tergantung pada skill-skillku dan beruntung.




Chapter Sebelumnya

No comments:

Post a Comment