Saturday 19 November 2016

Kumo Desu ga, Nani ka? Chapter 58

58. Pertempuran defensif 100 meter di atas tanah ④


Berkat pergantian kulit oleh naik level, kaki dan badanku lepas dari tangan si monyet.
Tangannya si monyet mencengkram 2 lapis kulit lama.
Walaupun sebagian besar monyetnya jatuh ke tanah berkat besarnya gumpalan benangnya, monyet-monyet yang bergelantungan ke rumah sederhananya masih baik-baik saja.
Tetapi, badan mereka telah tertangkap di dalam benang rumah sederhananya.
Aku tambahkan benangnya agar mereka tidak bisa bergerak dan Aku habisi mereka dengan "Taring Beracun".

Setelah menghabisi mereka semua, Aku jadi lega.
Walaupun masih belum selesai, Aku telah melalui satu serangan.

Aku cambuk hatiku yang menjadi kurang tegang.
Ini masih belum berakhir.
Aku tidak boleh meringankan perhatianku sampai mereka kuhabisi.

Aku keluar dari rumah sederhananya dengan seketika dan melihat ke keadaan dibawah.
Pemandangan yang buruk terlihat.

Di bawah ada sisa-sisa monyet-monyet yang tertangkap di dalam benangnya tertempel ke tanah tanpa bisa bergerak dan bentuk badan monyet yang hancur.
Dan di pandangan yang menggemparkan itu monyet-monyet yang selamat tidak kehilangan tekad bertarung mereka.

Aku langsung pasang seutas benang di dinding.
Monyet-monyetnya masih belum menyerah.
Mereka akan menyerang lagi sesaat setelah mereka siap.
Aku harus bersiap-siap untuk itu

Bala bantuan monyet-monyetnya masih berdatangan.
Beneran, kalian ada berapa sih...
Santai Ngapa!

Dan, ada makhluk yang harusnya tak ada dalam bala bantuannya.

『Bugragrach LV3 Gagal menaksir statusnya』
『Bugragrach LV4 Gagal menaksir statusnya』
『Bugragrach LV6 Gagal menaksir statusnya』

Mulut yang menyerupai buaya.
Dari mulutnya, Aku bisa melihat gigi-gigi brutal yang tak terhitung jumlahnya seperti gergaji.
Sekitar dua kali panjangnya si monyet.
Mereka juga gendut.
Itu adalah si monyet cacat raksasa.

Itu adalah monster pertama yang kulihat di area ini.
Nama spesies monyetnya adalah anograch.
Aku harusnya sadar bahwa kedua namanya mirip.
Monyet raksasa itu adalah wujud evolusi si monyet.
Monster yang harusnya tidak datang sebagai bala bantuan monyetnya telah datang.

Jumlah mereka yang datang pelan-pelan adalah 3.
Saat Aku lihat level mereka, mereka lebih rendah, tapi karena mereka adalah tingkat monster lebih tinggi, Aku tidak bisa bergantung pada level meskipun itu rendah.
Dari awal, bahkan si monyet itu lawan yang kuat jika Aku melawannya langsung, jadi tidak mungkin wujud evolusinya itu lemah.
Ditimbang dari penampilannya yang cukup brutal, Aku harus menyadari bahwa mereka lebih kuat dari si monyet.
Memang, mereka bukan sekelas Naga Bumi, tapi tetap saja, ada 3 monster lebih kuat daripada si monyet.
Tingkat kesulitannya meningkat lagi.

Untuk sesaat Aku tercengang dan berhenti bergerak.
Kesadaranku dikembalikan paksa ke kenyataan karena si monyet-monyet yang selamat mulai bergerak.
Monyet-monyetnya menghindari gumpalang benang yang jatuh, memutar jauh dan mereka mulai memanjat dindingnya dari kanan dan kiri lagi.
Dari pergerakannya, Aku mengerti bahwa mereka lumayan berhati-hati terhadap benang-benangnya.
Mereka memang lawan yang sulit.

Aku tambahkan seutas benang sambil memperhatikan si monyet-monyet besar.
Mereka masih belum bergerak.
Apa kerja sama dengan monyet-monyetnya tidak terlalu positif?
Meskipun bagus seperti itu, Aku tidak bisa beroptimis.
Aku harus selalu berhati-hati terhadap pergerakan mereka.

Monyet-monyetnya kelihatannya tidak melempar batu lagi.
Tidak ada banyak pengaruh banyak di batunya dan gumpalan benang yang jatuh menghalangi, jadi lemparannya mungkin tidak akan sampai padaku.
Sepertinya mereka meninggalkan ide melempar batunya dan hanya bertekad memanjat dindingnya.
Aku bersyukur akan itu.
Ini berjalan lancar.
HP berkurang, dan pergerakan terhalangi.
Jika tak ada apa-apa, itu masih belum terlewati.

Ada pergerakan dari si monyet raksasa.
Ia menangkat sebuah batu.
Apa, batu!? (TLN: Dalam bahasa Inggris, ini namanya rock, yaitu batu yang jauh lebih besar daripada stone, yang kedua katanya sama dalam Bahasa Indonesia)
Walaupun ia mengangkatnya dengan mudahnya, batu itu, bukannya itu asal dari batu yang Aku pasang di rumah sederhana ini!?
Batunya harusnya tertanam didalam tanah dengan kokohnya, tapi itu ditarik dengan mudahnya.
Itu adalah batu yang masih berat meskipun telah dipotong tipis, kan!?
Eh, apa yang akan kau lakukan dengan batu itu!?
Tunggu dulu, kenapa kau mengayunkannya!?
Jangan bilang!?

Aku buru-buru kabur dari rumah sederhananya.
Batunya menjadi bola meriam dan menembus rumah sederhananya pas setelah Aku keluar.
Setelah asapnya hilang, rumah sederhananya dihancurkan lebur oleh batu itu.

Mustahil!
Kuat sekali.
Jika Aku menerima hal seperti itu, Aku pasti akan mati.
Untung saja, tidak ada batu disekitar si monyet raksasa itu.
Bola meriam gila itu takkan melayang ke sini.

Tapi garis pertahanan terakhir yang adalah rumah sederhananya telah dihancurkan dengan mudahnya.
Dari sekarang, Aku harus bertarung tanpa rumah sederhananya.

Itu buruk.
Walaupun parah Aku tidak bisa bergantung pada pertahanan rumah sederhananya, parah sekali tidak ada pijakan.
Sampai sekarang, Aku bisa menghadapi si monyet-monyet karena Aku memiliki pijakan yang kuat, jadi Aku bisa fokus menyerang.
Sekarang tanpa pijakan, badanku bisa jatuh dengan tiba-tiba.
Walaupun Aku takkan jatuh kepala-duluan ke tanah karena benangnya tersambung ke atap, tak berubah bahwa Aku telah menjadi tak berdaya.
Jika Aku tunjukkan kesempatan seperti itu, tidak mungkin si monyet-monyet akan tetap diam.

Aku cepat-cepat membuat keputusan.
Tidak masalah jika dibuat buru-buru, Aku harus membuat pijakan.
Sementara itu, Aku tidak bisa memasang benang-benangnya tidak tempat-tempat lain, tapi saat si monyet-monyet mendekat, Aku takkan ada waktu untuk membuat pijakan.
Jika Aku tidak membuatnya sekarang, Aku pasti akan menyesalinya nanti.

Yosh!
Pijakan seukuran Aku bisa berdiri telah jadi!
Aku akan menyerang para monyetnya dari sini.
Babak kedua pertarungan defensifnya akan mulai.








Chapter Sebelumnya

No comments:

Post a Comment