Friday 19 August 2016

Kumo Desu ga, Nani ka? Chapter 40

40. Laba-laba vs Lebah ③


Untuk sementara waktu, Aku berhasil mendapat makanan.
Jika dipikirkan tentang ukuran badan si lebah, Aku bisa bertahan dari kelaparan untuk beberapa hari.
Sekarang tidaklah penting untuk mengkhawatiri staminaku.
Maka, pilihan untuk bertindak meningkat.



Pilihan yang paling realistis adalah terus memburu lebah-lebahnya dengan metode yang sama sampai Aku naik level.
Aku bisa mendapatkan EXP dengan tetap dan aman daripada menjelajah.

Ide lain adalah memperluas lagi sarangnya.
Kearah atas.

Aku tidak mau menjelajahi area dasar ini.
Bukan masalah bisa atau tidaknya.
Ogah.
Naga Bumi itu seram.
Mustahil.

Itulah sebabnya, Aku ingin merangkak kembali ke gang sebelumnya.
Untuk melakukan itu, Aku bagaimanapun juga harus menghindari lebah-lebahnya.
Aku akan menjadi mangsa si lebah jika Aku asal memanjat dindingnya, jadi Aku harus memikirkan beberapa langkah.

Oleh karena itu, ide yang bisa kupikirkan adalah merenggangkan sarangku keatas.
Menyebutnya ide atau pada dasarnya tembus paksa.
Un, ini kekerasan fisik yang buruk jika Aku harus bilang sendiri.
Tapi, Aku tidak bisa memikirkan metode lain untuk kembali keatas.

Tentu saja, ada beberapa buruknya juga.
Pertama-tama, membuat sarangnya mengkonsumsi stamina yang banyak.
Ditambah lagi, Aku harus membuat sarangnya untuk memanjat dindingnya keatas tidak seperti yang biasa.
Karena situasinya berbeda, Aku tidak tahu seberapa banyak stamina yang akan Aku gunakan.
Itu akan menjadi sebuah skala pembuatan sarang yang lumayan besar dan dengan lebah yang Aku miliki sekarang, staminaku tidak akan bertahan lama.
Penting bagaimanapun caranya untuk mengisinya.

Lagi pula, Aku mungkin akan melawan para lebahnya.
Meskipun Aku sekarang tak dihiraukan oleh mereka, tapi jika Aku meregangkan sarangku keatas, Aku akan memasuki wilayah pusat para lebah.
Itu adalah pelanggaran wilayah udara.
Akankah mereka membiarkanku?
Paling parah, beberapa ratus akan menyerang dan jika Aku tak beruntung, pasukan raksasa lebah dari beberapa ribu akan menyerang sekaligus. Itu mungkin akan menjadi situasi seperti mimpi buruk.
Seperti yang diduga, sarangnya tidak akan bisa bertahan melawan jumlah seperti itu.

Apa yang harus Aku berhati-hati bukan hanya si lebah.
Sekarang ini, tidak ada monster lain kecuali si lebah yang memasuki dasar jurang ini.
Hanya si ular dan Naga Bumi di awal-awal.
Tapi, jika Naga Bumi itu muncul tiba-tiba....
Walaupun terakhir kali Aku sembunyi didalam bayangan batu, Aku akan menonjol jika Aku melebarkan sarangku.
Berakhir sudah jika ia penasaran.
Bahkan sekarang, Aku masih ketakutan jika si Naga Bumi akan keluar atau tidak.

Itu sebabnya, jika Aku berhasil. Aku bisa kabur dari zona sangat berbahaya ini, tapi resiko strateginya juga tinggi.
Tapi, Aku tidak ada pilihan lain.
Mungkin saja, ada satu tapi tidak terlewati pikiranku.

Oleh karena itu, Aku tekatkan diriku dan mulai membuat sarangnya!

Pertama-tama, fondasi.
Pada awalnya, untuk membuat sebuah rumah, Aku harus membuat fondasi yang kuat.
Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa hasil dari rumahnya diputuskan oleh fondasinya.
Sebuah batu yang cocok untuk fondasi seperti itu ada disini! (TLN: Semuanya, ada di sini~)

Batu pertama yang menjadi arah kaburku.
Batunya terpasang dekat dengan dindingnya yang memiliki tinggi sekitar 7 meter dan lebarnya sekitar 5 meter. itu lumayan lebar.
Aku akan membuat batu ini sebagai fondasi dan memperluas sarangnya.

Sarang yang telah selesai terbuat diantara batu ini dan dindingnya dan sedikit menonjol kesamping.
Pertama-tama, Aku tutup celah diantara batunya dan dindingnya di sisi lain.
Dan Aku tempelkan seutas benang ke dindingnya dengan diagonal dari atap batu itu.
Aku sambungkan batunya dan dindingnya dengan benang itu sebagai pusatnya.
Dengan ini, fondasinya telah selesai.

Setelah itu, Aku hanya harus melebarkan sarangnya keatas dengan pelan-pelan.
Mengisi stamina dengan memakan si lebah dan melanjutkan pembangunan.
Di tengah-tengah pembangunan, si grup lebah melihat kesini beberapa kali, tapi seperti yang diduga, mereka tidak menyerang.
Sepertinya Aku masih di jarak yang masih bisa dibiarkan.

Aku berhenti pekerjaan hari ini setelah Aku selesai memakan si lebah dan Aku pergi tidur.

Hari kelima.
Entah bagaimana, Aku rasa sakitnya sudah mereda.
HP seperti biasa, masih 6.
Level dari skill "Peredaan Sakit"ku tidak bertambah sejak Aku tidur karena Aku tidak sembuh.
Mungkin begitu.

Ini luar biasa karena sakitnya sedikit.
Lagi pula, berkat "Penghapusan Sakit", Aku bisa bergerak tanpa masalah, tapi seperti yang diduga, ada perbedaan besar antara adanya sakit dan tiadanya sakit.
Tidak, ini bukannya seperti sakitnya telah hilang sempurna dan lukaku belumlah tersembuhkan.
Ini agak nyaman.
Karena Aku belum pernah menderita luka serius seperti itu sebelumnya saat Aku adalah seorang manusia.
Pengalaman paling sakit yang Aku pernah rasakan saat Aku adalah manusia adalah saat kelingking kakiku mengenai ujung pintu.
Itu sangatlah sakit.
Tapi, Aku tidak bisa membandingkannya dengan luka serius di punggungku.

Pembangunannya berjalan mulus karena Aku sedang bermood bagus.

Ditengah-tengah itu, seekor yang tersesat mendekat.
Tapi, si grup juga cukup dekat.
Fumu.

Dengan niat berexperimen, Aku akan meladeni si yang tersesat.
Apakah si grup akan bereaksi untuk si yang tersesat atau tidak.
Jika si grup bereaksi, Aku akan mundur dengan seketika kedalam sarang.
Jika tidak bereaksi, Aku akan lanjutkan seperti itu.

Aku ayunkan Kumorning Starnya.
Itu mengingatkanku, skill yang disebut "Konsentrasi" yang Aku dapatkan sebelumnya, apakah itu sebuah skill yang hanya meningkatkan kemampuan berkonsentrasi?
Yaa, itu tak akan memiliki efek besar pada level 1 dan meskipun memiliki efek berbeda, Aku akan tinggalkan jika Aku tidak bisa menggunakannya.

Konsentrasi. Konsentrasi.
Konsentrasinya terganggu saat Aku memikirkan "Konsterasi". Apaan nih!
Aku arahkan dengan benar dan, Ini dia!

Ah, kena.

E, ehh?
Bukankah itu hebat?
Meskipun Aku mengira Aku tidak bisa mengenainya, itu telah kena 2 kali berturut-turut.
Dalam tes kemampuan fisik dari melempar softbal, Aku, yang memiliki skor terendah dalam tahun-tahun sekolahku.

Oops, Aku terkejut dan tidak melihat pergerakan si grup.
Si grup ada disitu.
Fumu.
Tidak ada pergerakan.
Jadi tidak ada serangan balasan meskipun Aku menyerang seekor yang tersesat.
Tidakkah mereka kejam?
Atau apakah mereka tidak bisa hidup di alam liar jika tidak sekeras itu?
Yaa, bagaimanapun juga, untung kalau mereka tidak menyerang.
Dengan ini, Aku bisa memburu si yang tersesat tanpa pamrih.

Aku peroleh si lebah yang Aku tangkap dengan wajah sangat bahagia.
Aku habisi dia dengan "Taring Beracun"ku.




Chapter Sebelumnya

No comments:

Post a Comment